Skip to main content

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Karena manusia pada dasarnya penuh dengan khilaf, Rasulullah mengingatkan umatnya untuk selalu memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, selalu ber-Istighfar. Namun dari semua dzikir Istighfar, ada satu Istighfar terbaik bernama Sayyidul Istighfar.

Disebutkan dalam hadis dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Sayidul Istighfâr (pemimpin istighfar) adalah seseorang hamba mengucapkan,

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ

لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

ALLAHUMMA ANTA RABBII LÂ ILÂHA ILLÂ ANTA KHALAQTANII WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’ÛDZU BIKA MIN SYARRI MÂ SHANA’TU ABÛ`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABÛ`U BIDZANBII FAGHFIRLÎ FA INNAHU LÂ YAGHFIRU ADZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA

(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).

Lantas, apa keutamaan Sayyidul Istgihfar?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyebutkan keutamaan sayyidul istighfar,

مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga. (Muttafaq alaih).

Pertanyaan selanjutnya, Kenapa Disebut Sayyidul Istighfar atau Istighfar Terbaik?

Dzikir ini disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sayyidul istighfar, yang artinya pemimpinnya istighfar. Dan yang namanya pemimpin, berarti dia lebih unggul dibandingkan yang lainnya.

Imam al-Bukhari menyebutkan lafal istighfar ini dalam judul bab di kitab shahihnya,

باب أَفْضَلِ الاِسْتِغْفَارِ

“Bab, Istighfar yang paling utama.”

Menunjukkan bahwa Imam Bukhari menilai ini adalah lafazh Istighfar terbaik.

Nah, Jika kita perhatikan makna dari istighfar ini, ada banyak ungkapan yang menunjukkan kerendahan diri kita di hadapan Allah dan pengagungan kepada Allah semata. Kita merendahkan diri kita sebagai hamba, dengan memuji Allah yang Maha Sempurna sifat-Nya.

Kita akan melihat lebih dekat ya satu persatu berikut dibawah ini  :

[1] Allahumma anta rabbii, laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii

[اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ]

– Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah yang telah menciptakanku, dan aku hamba-Mu…

Demikianlah kalimat pembuka dzikir ini… dibuka dengan pengakuan bahwa kita adalah hamba, dan Allah yang menciptakan kita, artinya Dialah yang memiliki kita dan mengatur kita. Hamba yang lemah sedang menghadap kepada Pemiliknya, satu-satunya yang bisa mengampuni dosanya. (Hasyiyah as-Sindi ‘ala Sunan an-Nasa’I, 8/280).

[2] Wa ana ‘ala ahdika wa wa’dika mas-tatha’tu

[وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ]

“Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku”

Hamba yang lemah ini menyatakan bahwa dirinya tetap setiap dengan janjinya kepada rabnya, janji untuk selalu tunduk dan taat kepada-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, semaksimal kemampuan hamba. Disertai keyakinan akan janji yang Allah berikan kepadanya, bahwa siapa yang taat akan mendapatkan surga. Sehingga dia beribadah dengan semangat husnudzan kepada Allah, bahwa Dia akan memberikan balasan atas ketaatan hamba-Nya.

[3] A-‘udzu bika min syarri maa shana’tu

[أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ]

“Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku.”

Hamba mengakui setiap maksiat dan kedurhakaan murni karena kejahatan kita, artinya tidak kita nisbahkan kepada yang lain, apalagi kepada Allah. Dan hamba menyadari setiap maksiat itu akan mendatangkan keburukan baginya dunia dan akhirat, sehingga hamba hanya bisa berlindung kepada Allah dari potensi keburukan itu

[4] Abuu-u laka bi ni’matika ‘alayya

[أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ]

“aku mengakui nikmat-Mu kepadaku”

Pengakuan hamba bahwa semua kelebihan yang dia miliki, murni dari Allah, bukan dari hasil jasanya, bukan pula dari kemampuannya, tapi murni dari Allah, sehingga hamba tidak ujub dengan nikmat itu.. namun meskipun demikian, hamba tidak pandai bersyukur, sehingga masih sering menggunakan semua nikmat itu untuk durhaka kepada-Mu..

[5] Wa abuu-u bi dzambii

[وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ]

“aku mengakui semua dosa-dosaku”

Hamba mengakui banyak dosanya yang dia lakukan dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Hamba terjerumus ke dalamnya, meskipun bisa jadi hamba tidak menyukainya, akan tetapi hamba tidak mampu untuk melepaskan diri dari dosa tersebut.

[6] Faghfir-lii fa innahuu laa yaghfirud dzunuuba illaa anta

[فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ]

“Karena itu, ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau”

Ampunilah semua dosa hamba, sebanyak apapun dosa itu.. meskipun Allah tidak membutuhkan hamba-Nya.

Karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Allah… sehingga kepada siapa lagi harus harus minta ampunan untuk dosa hamba, jika Allah tidak berkenan mengampuni hamba…

Semua kalimat per kalimat dzikir Sayyidul Istighfar begitu dalam maknanya, begitu indah, begitu agung, mulia sekali.

Sedikit makna Kholaqtanii… Adalah juga pengakuan tauhid. Bahwa Allah lah yang menciptakan kita. Sekaligus pernyataan kita. Bahwa semua apa yang ada di kita, milik kita, adalah dari Allah. Ungkapan pengakuan dan penyerahan nasib pula. Kepada dan di hadapan Allah. Bahwa kelak kita akan bicara, kita bersedia diatur Allah. Menjadi terserah Allah aja. Apa kita ke kanan. Apa ke kiri. Apa ke depan. Apa ke belakang. Dapet apa. Ilang apa. Jadi apa. Terserah Allah. Terlebih kita merasa kita punya dosa. Punya salah. Bener-bener terserah Allah. Sambil meyakini bahwa apa-apa yang dari Allah, tentu baik dan kebaikan. .

Kata-kata Kholaqtanii, menjadi sesuatu banget buat kita. Sebab kita seperti merajuk ke Allah dengan mengatakan, Yaa Allah, aku ini ciptaanMu. Bikinan-Mu. Milik-Mu. Jangan Kau hukum aku. Kasihi aku. Masa Engkau menghukum apa yang Engkau Ciptakan Sendiri.

Kata-kata Ana Abduka… Itu artinya, saya hamba-Mu yaa Allah. Posisi yang Allah suka. Kita mengetahui, mengakui, menyatakan, bahwa Allah itu Tuhan kita, Pencipta kita. Dst. Lihat di Bagian 1. Dan kemudian memposisikan kita sebagai hamba-Nya. sebagai ciptaan-Nya. yang terserah mau dijadiin apa. Mau digimanain aja. Sambil nitip nasib. Terlebih dalam konteks istighfar. Di mana kita ngaku salah. Ngaku ga bener. Ngaku kurang ibadah. Ngaku kurang syukur. Kurang sabar. Kurang amal saleh. Jadi ya posisi tawarnya kan pastinya rendah.

Apalagi sebagai seorang hamba di hadapan Sang Khaliq, maka ya sejatinya kan emang ga ada daya tawar. Alhamdulillaahnya, kita diberi hak untuk berdoa. Luar biasa. Diberi kesempatan. Untuk berdoa. Ini dahsyat. Dalam posisi ga ada daya tawar, tapi boleh dan bahkan disuruh, diminta, berdoa. Kepada Allah. .

Dalam keseharian, kita suka merajuk… “Saya kan anak Papah…”, “Saya adiknya Kaka…”, “Saya kan muridnya Pak Guru…”, “Saya mahasiswanya Bapak…”, “Saya tetangganya Panjenengan loh…”, “Saya kawan sekampung… Sekampus… Sebatalyon… Setanah air…”, dst.

Maka ketika kita bilang, Ana ‘Abduka, maka ini kalimat, deket banget. Ga berjarak. Intens. Intim. Very Close. Hubungan apa yang mengalahkan hubungan Khaliq dengan Makhluk-Nya? Bahkan mengalahkan hubungan ayah dengan anaknya. Ibu dengan anaknya.

Sekaligus kata-kata ini, Ana ‘Abduka, mengingatkan kita. Jangan sombong. Wong kita hanyalah Hamba-Nya… Bisa apa? Punya apa? Yang kalo ketawadhuan sudah didapat, kalo kerendahhatian sudah didapat, di hadapan diri-Nya Yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Tinggi, Maha Kuasa, Insyaa Allah, istighfar kita, akan lebih syahdu.

Sayyidul Istighfar ini ada dalam doa pagi dan doa sore. Dari semua isi doa pagi dan doa sore, giliran membaca Sayyidul Istighfar ini yang paling buat merinding. Kalo dipahami maknanya, sambil nangiiss kita bacanya ! Bukan siapa-siapa kita di hadapan Allah ! Nothing ! Apa yang mau disombongin dihadapan Allah? Nothing!

WeCreativez WhatsApp Support
Om Jojo is here to answer your questions.
👋 Hi, how can I help?