PR AGENCY JAKARTA – Di era digital saat ini, kehadilan personal branding bagi CEO bukanlah sekadar tren, melainkan sebuah keharusan.
Data terbaru menunjukkan bahwa 82% orang cenderung lebih percaya pada perusahaan yang dipimpin oleh eksekutif yang aktif di media sosial.
Lebih lanjut, 77% konsumen merasa lebih terdorong untuk berbelanja dari perusahaan tersebut. Tak ketinggalan, setengah dari generasi Milenial mengharapkan suara CEO dalam isu-isu sosial.
Ini menegaskan satu hal: kehadiran personal branding bagi pemimpin zaman now tidak bisa lagi diabaikan.
Kekuatan personal branding kini menjadi kunci dalam mempengaruhi cara dunia melihat organisasi Anda.
Namun, banyak CEO merasa ragu untuk melangkah ke arena publik. Ini bukan hal yang aneh, terutama bagi GenX yang mungkin tidak sefamiliar generasi berikutnya dengan berbagi setiap detil kehidupan online.
Keengganan ini seringkali bukan hanya karena takut sorotan, tapi lebih karena keinginan untuk fokus membangun dari dalam: mengembangkan tim, menciptakan budaya perusahaan yang inspiratif, dan memilih pertempuran dengan bijak untuk menghindari kontroversi.
Namun, lingkungan saat ini menuntut lebih dari itu. Nyaris separuh generasi Milenial menginginkan CEO yang vokal, dan angka ini terus meningkat.
Diam bukan lagi pilihan. Studi Edelman Trust Barometer bahkan menunjukkan bahwa karyawan mengharapkan posisi perusahaan terhadap isu sosial yang krusial.
Dengan CEO besar seperti dari Goldman Sachs, Salesforce, dan PayPal yang berbicara terbuka tentang hak LGBTQ, ketidakadilan rasial oleh CEO Merck, hingga Walmart yang mengambil sikap dalam kontrol senjata, jelas bahwa tekanan untuk memiliki kehadiran publik yang lebih terlihat semakin menjadi norma.
Dengan risiko yang ada, penting bagi CEO untuk mengidentifikasi dan tetap setia pada inti personal branding mereka.
Ini dimulai dengan menentukan posisi merek personal Anda, yang merupakan refleksi dari keyakinan, nilai, dan karakter inti Anda.
Ini bukan tentang menjadi narsis, melainkan membangun “leadership branding” yang autentik.
Langkah selanjutnya adalah mengkristalisasi deskriptor merek, menentukan suara merek, dan memilih pilar konten yang ingin Anda asosiasikan.
Ganti biografi konvensional Anda dengan cerita yang lebih personal dan berdampak, yang meningkatkan koneksi dan empati.
Dengan 82% orang yang lebih mempercayai perusahaan dengan eksekutif yang aktif secara sosial, dan 77% yang lebih cenderung membeli, tidak ada alasan lagi untuk menghindar dari personal branding.
Tahun ini adalah waktu yang tepat untuk membangun dan meningkatkan merek pribadi Anda. Siapkah Anda untuk langkah berikutnya?***