Di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, setelah kelar shalat wajib dia hampir tidak pernah absen menasehati kita. Tanpa suara. Selalu hadir membawa nasihat. Biasanya muadzin mengumandangkan panggilan dengan lafadz Ash-shalatu ‘alal amwati yarhakumullah agar kita mendirikan shalat mayit atau jenazah.
Kematian adalah nasihat. Kita saja yang tidak sadar sedang dinasehati. Sahabat nabi Umar Bin Khatab ra bahkan mengukir cincinnya dengan tulisan :
كفى بالموت واعظا
“Cukuplah kematian menjadi nasehat.”(Imam Abu Nu’aim dalam “Ma’rifatus Shohabah” no. 195)
Akhir-akhir ini banyak sekali nasihat itu di sekitar kita. Sebelum berangkat haji, ada jamaah Maghfirah yang tidak sempat berangkat karena lebih dulu dipanggil Allah. Pada saat kita kemarin berhaji, ada orangtua sahabat-sahabat kita yang meninggal dunia. Minggu lalu pun ada berita duka lagi dari sahabat Maghfirah. Bertubi-tubi sudah nasihat ini hadir.
Karena itu selain mengerjakan shalat mayit dan memberi ungkapan bela sungkawa dan doa, yang lebih penting adalah menyadari bahwa kabar kematian itu sedang menasehati kita. Nasihat yang tidak ada tulisan dan tidak ada ucapan. Diam seribu bahasa, namun maknanya sangat tegas dan jelas : Kematian itu pasti. Tunggu saatnya giliranmu.
Kematian adalah pintu pertama kita menuju perjalanan menuju akhirat yang kekal. Begitu pentingnya, hingga tak kurang dari 145 ayat dalam Al Qur’an yang menyebut atau membahas masalah kematian.
ALLAH SWT BERFIRMAN DALAM SURAT AL-‘ANKABUT AYAT 57 :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”.
“Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).(QS. 39:30)
Allah SWT berfirman: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan”. (Ali-Imran: 185)
Seorang mukmin tahu, dengan nasihat kematian mengingatkan diri bahwa dunia hanya fasilitas saja untuk mengejar akhirat yang abadi. Abu Hurairah menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (dunia).” Kemudian para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pemutus kelezatan (dunia) itu?” Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian.” (HR. Al Baihaqi dalam Syua’abul Iman).
Bahkan, orang-orang yang banyak mengingat kematian digolongkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang-orang yang cerdas. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu bertutur, “Tatkala aku membersama Rasulullah, terdapat seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam lalu bertanya, “Wahai Rasululah, siapakah diantara kaum mukminin yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya diantara mereka.” Lelaki tadi bertanya lagi, “Siapakah diantara kaum mukminin yang paling cerdas?” Beliau kembali menjawab, “Yang paling banyak mengingat kematian diantara mereka dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu ialah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Waktu kematian kita sendiri sudah ditetapkan Allah sejak manusia diciptakan dan tercatat di Lauhul Mahfuzh.
SURAT YASIN AYAT 12
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhul Mahfuzh)”.
Tidak ada yang tahu kapan, di mana dan bagaimana seseorang akan mati. Karena semuanya adalah rahasia Allah semata. Kematian menyangkut terpisahnya ruh dengan badan. Dan tidak ada yang tahu banyak tentang soal ruh kecuali Allah.
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh” Katakanlah, “Ruh itu urusan Tuhan-ku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” QS. Al-Israa’ (17), Ayat 85
Yang pasti, kita tidak bisa lari dari kematian sedetik pun, dan ini berulang kali ditegaskan Allah dalam beberapa ayat Al Qur’an
ALLAH BERFIRMAN DALAM SURAT AN-NISA’ AYAT 78
Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh“.
SURAT AL-WAQI’AH AYAT 60
Artinya: “Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan“.
SURAT AL-AN’AM AYAT 61
Artinya: “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”.
SURAT AL-AHZAB AYAT 16
Artinya: “Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja“.
SURAT AL-MUNAFIQUN AYAT 11
Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan“.
SURAT AL-JUMU’AH AYAT 8
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan“.
SURAT AN-NAHL AYAT 61
Artinya: “Apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya”.
Mau lari ke pantai, lari ke gunung, lari ke hutan, berlindung di benteng, ngumpet di bunker, tetap kematian akan menghadang pada detik yang telah ditentukan Allah.
Karena kita tidak bisa lari, maka terus memperbanyak amal dan ibadah adalah persiapan terbaik.
ALLAH BERFIRMAN DALAM SURAT AL-MULK AYAT 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“.
Daripada Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila seseorang itu meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang soleh mendoakan untuknya.
Mari tetap istiqomah dan berinvestasi terbaik untuk akhirat dengan memperbanyak sedekah, berbagi ilmu yang bermanfaat dan menjadikan keturunan kita anak yang soleh.