Stigma Covid-19 memang menakutkan. Selasa malam aku mulai flu, tenggorokan sakit, meriang. Rabu pagi demam. Tensi mulai naik. Saturasi naik turun. Inikah namanya Covid? Ah gak, ini flu biasa, kata hati kecil. Karena was was, aku pindah kamar. Isolasi diri.
Kamis. Tensi naik 150. Mulai tegang. Flu dan batuk makin berat. Tiba tiba sadar penciuman hilang. Tambah panik. Jangankan bau ketek, minyak kayu putih disosot ke hidung enggak kecium. Mungkin karena terhalang flu, kata istri. Saya bersihkan hidung, dahak dikeluarkan. Setelah itu mulai pelan-pelan penciuman kembali. Alhamdulillah ini bukan covid, kata hati kecil menghibur.
Kabar wafatnya dua orang teman karena Covid-19, seorang teman wartawan otomotif dan Ketua ILUNI UI Banten menambah tekanan. Malamnya, atas saran teman, dan keluarga saya periksakan ke IGD RS Bintaro. Sudah pasrah. Ikhlas. Tapi ditolak. IGD hanya untuk yang sudah gawat, kata perawat. Saya belum payah. “Besok saja ke klinik dulu, Pak,” kata suster IGD yang pake hazmat lengkap. “Wes angel iki angel,” gumamku sambil kembali ke mobil.
Jumat saya ke rumah sakit lagi. Ke IGD RS Pondok Indah Bintaro. Alhamdulillah diterima. Begitu suster tanya gejalanya, gak pake lama langsung digiring ke kamar isolasi. Saya diinfus vitamin dan obat pereda panas. Cek darah lengkap dan DBD karena sedang musim DBD juga. Setelah 2 jam hasilnya keluar DBD negatif, baru swab PCR. “Bapak bisa pulang sekarang, ditunggu hasilnya dirumah tapi isolasi mandiri ya.” Dokter menjelaskan jika hasilnya positif apa yang harus saya lakukan. Tidak perlu panik, katanya.
Menunggu itu tidak nyaman. Kembali ke kamar isolasi di rumah. Memperbanyak doa dan istighfar. Mengikhlaskan penyakit karena ia adalah penggugur dosa. Sepanjang hari tensi naik turun, nadi cepat, pusing. Sampai akhirnya hasil tes Swab PCR masuk ke email sore hari. Apapun hasilnya harus ikhlas ya, kata si hati kecil lagi. Huh, sok bijak betul dia.
Eng ing eng.. Negative!
Alhamdulillah..langsung sujud syukur. Si hati kecil ikut cengegesan. Kalau ada bentuknya langsung kutoyor dia.
Stigma Covid memang menyeramkan. Musim flu batuk, perlu Swab PCR untuk memastikannya. Sehat sehat ya teman teman!